Sunday, January 24, 2016

Tinggal di Jepang

Bulan November tahun lalu akhirnya kami mendarat dengan selamat di negeri sakura. Alhamdulillah... Hanya berkat izin Allah lah semua impian  ini dapat terwujud. Dalam rangka apa nih... Yah mainstream ajalah, ngikut suami kuliah lagi. Kebetulan pak suami  dapat beasiswa linkage UGM-IUJ. Walaupun tinggal disini sangat singkat (kurang dari setahun, pengennya sih yang lama, betah sih XD), kami sangat bersyukur mendapat kesempatan berharga ini. Langsung deh nyusun target mau ngapain aja disini. Yang pasti mau explore Japan sebisa mungkin. Beruntungnya liburan akhir tahun lalu berkesempatan ikut tour Osaka-Kyoto-Tokyo bareng temen-temen Indonesia di IUJ. Wah seru sekali melihat keindahan, kemegahan juga keramaian ketiga kota metropolitan tersebut. Beda banget dengan Minami uonuma yang sepi dan tenang. Cerita traveling bakal dibahas di episode selanjutnya ya.. (Semoga aja bukan angan-angan kosong gara-gara males nulis :p)

Target selanjutnya, nyekolahin anak-anak disini. Alhamdulillah sudah terwujud. Ini cita-citaku sejak beberapa tahun sebelum berangkat kesini. Setelah baca artikel tentang sekolah SD Jepang yang menanamkan karakter kuat pada siswanya, seperti kedisiplinan, kemandirian, kreativitas dan banyak lagi, rasanya ingin sekali anak-anak bisa merasakan pendidikan disini. Sudah 2 minggu mereka sekolah disini, si sulung kelas 3 SD dan si tengah TK besar. Mereka terlihat enjoy karena terbukti sekolahnya menyenangkan. Walaupun bahasa jepang masih asing bagi mereka, tapi aku percaya mereka akan cepat belajar dan beradaptasi.

Target lain buat emaknya aka diriku nih.. Yaitu belajar bahasa Jepang. Saat ini les jepang aku ikuti seminggu sekali di Kominkan (semacam pusat belajar masyarakat). Ngga muluk-muluk deh, cukup mengerti dan bisa percakapan sederhana syukur-syukur ngerti kanji sekalian :D

Ganbatte kudasai minna san




Sekolah TK Syavic di Jepang

Ternyata sekolah TK di Jepang itu asyik banget. Karena tiap hari hanya main, main dan main. Loh kapan belajarnya dong... Yaa belajarnya sambil bermain. Dan ngga ada calistung. Menurut cerita anakku, permainan yang paling dia sukai yaitu, lego. Ada satu box besar lego dikelasnya. Anak -anak bisa puas berekspresi dengan ciptaannya. 

Lalu main apa lagi? Hmm ini yang penting. Main peran. Yup..sedari kecil mereka belajar tentang profesi melalui role playing. Kali ini profesi tukang pos. Ada yang pura-pura jadi pak pos, ada juga pelanggan pos yang mengirim kartu pos.  Dan di stempel juga seperti di kantor pos. Ternyata sedari kecil mereka sudah diajarkan tentang bagaimana proses surat-menyurat sampai ke dalam kotak pos depan rumah mereka.
Wuih seru! 

Pernah satu hari orang tua diundang ke sekolah untuk acara observation class. Acaranya, makan siang bareng anak, dilanjutkan orang tua mengamati aktivitas anak di sekolah. Setelah makan siang, anak-anak bermain sebentar dikelas, lalu main bersama di aula. Anak-anak tiduran tengkurap berkelompok 5 orang sambil berpegangan tangan. Lalu bu guru akan datang tiba-tiba untuk menarik kaki salah seorang anak sampai terlepas dari kelompok. Disitu dibutuhkan kerjasama tim untuk berpegangan erat agar tim tetep solid tidak terlepas dari kelompok. Entah apa namanya , tapi seru banget. Kami para orang tua tertawa semua menyaksikan  tingkah polah anak-anak kami yang sekuat tenaga berjuang demi timnya.
Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan story telling. Ibu guru duduk di depan kelas, sambil membacakan satu buku cerita penuh. Anak-anak duduk bersila di depannya. Mereka anteng lho mendengarkan cerita gurunya. Ngga ada tuh yang bersenda gurau dengan temannya. Apalagi lari-larian he he. Sangat tertib sekali mereka. Saat ibu guru bertanya, mereka dengan antusias menjawab. Keren.  



Usai story telling, lanjut bermain bersama ibu dan anak. Main tepuk tangan bersama, gelitikan bersama, sambil nyanyi-nyanyi, diakhiri dengan berpelukan mesra ibu dan anak. Seolah-olah inti permainan ini adalah: it's our happy time honey, I love you very much.. Hehe terjemahan bebas ini mah. Yang jelas intinya untuk menguatkan bonding ibu dan anak. Aihh, sangat romantis bukan?

Di hari  yang lain, anak-anak bermain bola di gym, field trip ke museum seni dekat sekolah dengan berjalan kaki, dan tak ketinggalan bermain salju dan membuat boneka salju.
Wah, pantas saja hampir dua minggu bersekolah, belum pernah sekalipun anakku ngambek ngga mau sekolah. Lha wong sekolahnya menyenangkan gitu. Selalu semangat tiap pagi.
Meski harus tinggal di sekolah selama 5 jam, dari jam 08.30-13.30 dan berkomunikasi dengan bahasa isyarat (belum bisa japanese dan mengerti english sedikit), tak menjadi halangan baginya. Dunia anak memanglah unik, tak peduli beda bahasa, beda budaya, beda bangsa, mereka tetap bisa membaur satu sama lain tanpa merasa canggung.

Masih terbayang langkah beratnya saat digandeng ibu gurunya ke kelas di hari pertama masuk sekolah. Ayah bunda hanya boleh mengantar sampai pintu saja. Eh, saat dijemput pulang sekolah malah enggan pulang, masih asik main lego :D

Happy schooling Syavic Kun

Ganbatte kudasai...